Selasa, 22 Januari 2013

1865 Ekspedisi Militer Asahan & Serdang


Pada bulan Mei 1862 Belanda mengirim seorang pegawai tingginya yang bernama Raja Burhanuddin ke Sumatera Timur. Raja Burhanuddin adalah putra Raja Uyang bin Sultan Cagar Pagaruyung. Menurut laporan Raja Burhanuddin, beberapa negeri di Sumatera Timur bersedia dilindungi Belanda, kecuali Asahan dan beberapa negeri lainnya mereka menentang, bahkan di Asahan berkibar bendera Inggris (yang saat itu satu-satunya Kesultanan yang berani mengibarkan bendera Inggris di Wilayah Hindia Belanda).

Berdasarkan laporan Asisten Residen Riau, E. Netscher, Belanda mempersiapkan angkatan perang dari Bengkalis pada tanggal 2 Agustus 1862. Pembesar-pembesar Siak diikutsertakan untuk dikonfrontasikan dengan raja-raja di Sumatera Timur. Beberapa negeri seperti Panai, Bilah, dan Kotapinang berhasil ditundukkan. Sementara itu ekspedisi Belanda berhasil memasuki Kuala Serdang. 
Sultan Basyaruddin mencoba menemui ekspedisi itu dengan mengibarkan bendera Aceh dan bertindak selaku wazir Sultan Aceh atas dasar pengangkatannya dari Aceh. Perundingan antara Belanda dengan Sultan Basyaruddin dilakukan di kapal Belanda. Dengan paksaan Belanda, Sultan Basyaruddin menandatangani perjanjian yang ditetapkan tanpa ada kontrasain dari orang-orang besarnya. Perjanjian tersebut antara lain menyebutkan bahwa Belanda turut mengakui jajahan Serdang, yaitu Denai, Percut, Padang, Perbangunan, dan Bedagai. 
Pada tanggal 21 Agustus 1862, Residen Riau E.Netscher bersama Assisten Siak: Mr.Arnold dengan mengendarai kapal Reinier Claasen memasuki Kuala Deli dan disambut oleh Sultan Deli Mahmud Perkasa Alam. Sultan Mahmud menolak mengakui kedaulatan Siak atas Deli. Hal ini karena Siak tidak membantu Deli sejak masa pemerintahan ayahnya, Sultan Osman Deli, ketika diserang Aceh pada tahun 1854. Netscher berhasil menemukan jalan keluar sehingga Sultan Deli bersedia menandatangani pernyataan tunduk kepada Belanda dengan kalimat yang berbunyi “Mengikut pada negeri Siak bersama-sama bernaung pada Gubernemen Belanda”.

Perundingan antara Netscher dan Sultan Mahmud berjalan lancar berkat bantuan ipar Sultan dan sekaligus mufti kerajaan, yaitu: Said Abdullah Ibnu Umar Bilsagih. Pangeran Musa dari langkat tidak ada masalah karena dia pun dibesarkan di Istana Siak. Sementara Kerajaan Asahan dan Serdang tidak mau tunduk kepada kerajaan Siak dan malah berkoalisi kepada Kerajaan Aceh. bahkan dipantai Asahan, mereka memasang bendera-bendera Inggris.

Tanggal 19 September 1862, Netscher kembali ke Bengkalis yang pada saat itu merupakan ibukota Keresidenan Riau. Pada tanggal 23 Mei 1863, Belanda mengirim surat dengan mengultimatum Asahan dan Serdang. Tetapi ultimatum itu ditolak mentah-mentah.

Dengan Beslit Gubernemen no.1/25 Agustus 1865 dipersiapkanlah oleh Belanda ekspedisi militer untuk menyerang Asahan, Serdang, Tamiang dan Batubara yang membangkang terhadap Belanda. Komando Darat Ekspedisi ini dipimpin oleh Willem Ertwin Fredrick van Heemskerck (Photo Inzet) dan komando Mandala Gugus Tugasnya adalah Letnan Laut P.A. van Ress. Pasukan yang diberangkat dari Batavia tanggal 20 Agustus 1865 ini terdiri atas setengah batalyon infantri dengan staf, satu detasemen artileri terdiri dari 1 opsir dan 25 serdadu, diperkuat dengan 2 buah meriam besar dan 2 buah mortir, 2 opsir kesehatan dengan personil hospital kesemuanya berjumlah 379 orang militer Belanda dan 227 orang militer bumiputera. Sedangkan Angkatan Laut Belanda menerjunkan armada terdiri dari pasukan marinir sejumlah 1000 orang dengan kapal - kapal perang Djambi, Sindoro, Amsterdam, Montrado, Delfzijl dan Dasson dengan kekuatan 49 pucuk meriam. Agar Inggris tidak tersinggung dan campur tangan, maka Belanda juga mengirimkan surat pemberitahuan kepada Gubernur Inggris di Penang. Malaya dan Singapura.

Pada tanggal 12 September 1865, Ekspedisi sampai di Batubara, tanggal 18 September sampai di Bagan Asahan, tanggal 30 September sampai di Serdang dan tanggal 8 Oktober di Pulau Kampai - tempat markas orang-orang Aceh. Sultan Langkat: Sultan Basaruddin dipaksa oleh Belanda untuk menandatangani perjanjian takluk dan sebagai hukaman jajahan kesultanan Serdang; Percut, Padang, Bedagai dan Denai diambil Belanda dan lalu diserahkan kepada Deli.

0 komentar:

Posting Komentar

Translate